Tubuh Kita Boleh Mati, Tapi Jerih Payah Hidup Terdahulu Kita Akan Terus Abadi: Sebuah Esai Teruntuk Siapapun Yang Teralienasi.


Tubuh Kita Boleh Mati, Tapi Jerih Payah Hidup Terdahulu Kita Akan Terus Abadi: Sebuah Esai Teruntuk Siapapun Yang Teralienasi.
Oleh: M.Iqbal.M


Satu-satunya kenikmatan hidup ialah memperjuangkan apa yg ada direlung personalitasmu. Jika hidup hanya untuk patuh sekaligus melayani apa yg bukan personalitasmu, lantas apa arti dari hidupmu?. Jika kau melayani yg bukan dirimu, lantas apa bedanya kau dengan kerbau?. Kerbau bisa saja di eksploitasi oleh otoritas majikannya, tapi apakah kau sebagai spesies yg sama dengan otoritas lain; entah bosmu, negara, lingkungan sosialmu, kau hanya akan tunduk dan patuh?. Jika kau benar-benar spesies homo sapiens, maka tentu kau mempunyai hasrat untuk menginginkan kebebasan dengan cara melawan eksploitasi itu.

Kita sebagai homo sapiens telah terkutuk menjadi manusia bebas oleh sebab spesies kita mempunyai otak dan nurani.

Tentu musuh kita adalah entitas selain diri kita yg teramat sulit kita takhluk'kan. Begitu pula dengan entitas lain itu—ia akan terus berupaya menakhlukkan kita. Memang, hidup adalah pertentangan antara egoist dan selfish atau selfish dan egoist.


Namun, sesungguhnya saya tidaklah hidup demi kenikmatan, sebab saya tau, kenikmatan itu cepat atau lambat akan dapat menimbulkan malapetaka. Jadi, saya hidup untuk berbuat kebaikan sesuai personalitas dan dinamika saya, demi menghasilkan kematian yang tentram menurut personalitas saya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengurai Secara Sederhana Tendensi Dari Anarko-Libertarian di Tengah Wabah Covid-19.

Analisis Terhadap Para Penduduk Di Wilayah Minim SDM Beserta Prediksi Depopulasi Besar-Besaran di Tengah Wabah Covid-19.

Psikosomatik dan Dua Pertentangan Narasi di Tengah Pandemi