Psikosomatik dan Dua Pertentangan Narasi di Tengah Pandemi

Psikosomatik dan Dua Pertentangan Narasi di Tengah Pandemi.
Oleh: M.Iqbl.M

Psikosomatik tidak semata dipicu oleh informasi (media/warta berita).
Terlepas dari unsur biologis masing2 manusia, agaknya, psikosomatik cenderung disebabkan oleh kurangnya wawasan (segala hal, terutama perihal humaniora), kurangnya kontemplasi dan kurangnya meditasi.

Di tengah pandemi yg bersifat ultra-abstrak yg menimbulkan berbagai masalah diberbagai sendi kehidupan ini, munculnya dua narasi kontradiktif merupakan hal wajar sebagai pegangan untuk membebaskan kita dari berbagai kebuntuan solusi yg disebabkan oleh pandemi.

Adanya perdebatan antara kedua narasi tersebut: Data/Riset Medis dengan Data TK, sesungguhnya hanyalah berupa 'panggung penelitian' kita, dgn kata lain hanya menjadi bahan pustaka/referensi kita dalam menilik sebuah persoalan dan hal itu bercorak dialektis. Itu artinya, tidak ada yang namanya debat (kompetitif), yang ada hanyalah dialog.

Sebab, bisa saja Informasi Medis dan TK sama-sama bertendensi utk kepentingan pribadi/tertentu. Itu berarti bahwa pertentangan antara kedua pihak bagai dua telur yang sama-sama berada di ujung tanduk. Tentu dibalik kampanye'nya, TK berupaya memberi opsi oposisi biner terhadap narasi arus utama, tapi hal itu jugalah dpt berdampak negatif, begitu pula sebaliknya: Informasi Medis/Media/Pemerintah dpt pula berdampak negatif.

Maka, tetaplah cari wawasan/pengetahuan menggunakan nalar (a priori), silogisme, dan empirisme mata kepala sebanyak mungkin (utk memperoleh opsi jalan yg akan kau ambil), berkontemplasi (utk meng-kurasi berbagai opsi jalan) dan bermeditasi (utk mengoptimalkan psikis-biologis agar berkolerasi dgn jalan yg kau pilih), Tetaplah skeptis/ragu-ragu terhadap apapun, Tetaplah antisipasi. Siapapun yg mau lepas dari dogma, tentunya akan sepakat dgn tulisan diatas.

Orang lain/pihak lain dan warta berita hanyalah sebagai penyodor opini dan pendorong sikap belaka. Tidak ada yg bisa menolongmu selain dirimu sendiri, tetap antisipasi, tetap memilah dan mengolah data, dan tak lupa juga mengkoreksi, evaluasi dan berrefleksi.

Tentu kita tau, bahwa setiap orang memerlukan pegangan utk menangkal kebingungan, seperti halnya memegang pemimpin/patron/dokter/budaya-tradisi/agama/tuhan. Namun, seberapa bisakah pegangan itu memerdekakanmu dan menentramkan jagad raya?.

Hendaknya kita mengetahui bahwa tidak ada yang namanya patron mutlak.
Dalam hal ini selaras dgn kesimpulan salah satu begawan metafisis post-strukturalis terhadap absurditas jagad raya, yaitu: "Apapun yg bukan dirimu hanyalah hantu, begitu pula denganmu".
Atau kata si begawan jerman yg berkaitan dgn ide2 spektakel, simulakrum, dan panopticon, yaitu: "Semua yg ada (entitas) di jagad raya ini hanyalah sebuah tafsiran belaka, tak ada teori satu pun yg benar2 menjadi acuan baku, semua hendaknya selalu dievaluasi kembali setiap saat".

Komentar