Analisis Terhadap Para Penduduk Di Wilayah Minim SDM Beserta Prediksi Depopulasi Besar-Besaran di Tengah Wabah Covid-19.


Analisis Terhadap Para Penduduk Di Wilayah Minim SDM Beserta Prediksi Depopulasi Besar-Besaran di Tengah Wabah Covid-19.

Oleh: M.Iqbal.M


Abstrak
Tulisan ini memaparkan bagaimana teori dan praksis para penduduk di wilayah minim SDM dalam menyikapi wabah covid-19, yang lebih tepatnya di dalam wilayah negara Indonesia, yang mayoritas penduduknya dari berbagai status sosial (Brojuasi, midlle class, dan proletar, entah itu kanak-kanak, remaja, ataupun dewasa) acap kali keliru mengambil tindakan dalam menyikapi suatu perkara, yang kini semakin banyak muncul perkara dan kian diperparah oleh merebaknya wabah covid-19 yang dari hari ke hari jumlah presentase penduduk yang terinfeksi ataupun terdampak krisis kemanusiaan kian berfluktuatif. Analisis ini memakai metode pendekatan secara kualitatif, sehingga analisis ini belum dapat dijadikan sebagai rujukan mutlak dalam meninjau berbagai dinamika ada dan dapat berubah sewaktu-waktu.

Keyword: sosio-kultural, epistemologi, metafisika qawd
                                                                       
Pendahuluan
Dapat kita sepakati bahwa penyebab timbulnya segala masalah ialah kurangnya edukasi dan wawasan. Seperti halnya warga negara Indonesia yg tercatat sebagai negara yg para penduduknya kurang membaca, sehingga berada di peringkat bawah dari sekian banyaknya negara-bangsa di dunia yang gemar membaca. Dengan itu, dapat kita saksikan bahwa setiap detiknya negara Indonesia tak lepas dari adanya masalah-masalah baru yg terus bermunculan. Dari masalah kecil yg dibesar-besarkan, sampai masalah besar yg tak kunjung hilang. Berawal dari kurang membaca dan kurang wawasan, yg menjadikan warga Indonesia seringkali keliru dalam mengambil tindakan, bahkan salah kaprah dalam menganalisa suatu masalah. Sehingga, mudah di kelabuhi atau terpengaruh oleh hal-hal yg belum tentu validitasnya maupun belum tentu relevansi'nya bagi ketentraman hidup setiap individu beserta ekologisnya.

Orang yang kurang berkontemplasi dan bermeditasi akan mudah berkompromi terhadap nafsunya, sebagai contoh ialah, mayoritas orang masih tetap berjalan-jalan dan berkumpul untuk tujuan menghibur diri.

Ditambah lagi.



Kekeliruan Dalam Memahami dan Mengambil Tindakan.
     Dari berbagai hasil riset yang telah diperbitkan oleh berbagai pakar peneliti kesehatan diseluruh negara-bangsa di dunia yang pada dasarnya menunjukan bahwa pandemi virus covid-19 ini merupakan virus yang bersifat abstrak atau dapat bermutasi dan berubah-ubah, pun penyebarannya sukar untuk diketahui ataupun ditelusuri, maka para pakar tersebut memberi himbauan kepada masyarakat agar tidak keluar rumah ataupun berkumpul jika tidak terlalu penting bagi kebutuhan primer kita sebagai manusia.
    Namun, acap kali dapat kita lihat bahwa masih banyak penduduk yang tidak paham maupun meremehkan peringatan dan himbauan yang dikeluarkan oleh berbagai pihak tersebut, sehingga mereka tetap melakukan aktifitas seperti biasa, diantaranya yaitu:
(1) Ketidak pahaman para guru dalam menelaah himbauan mengajar dari rumah. Sehingga para guru tidak memberikan materi atau pengejaran, melainkan memberikan PR banyak kepada muridnya.
(2) Ketidak pahaman sifat virus, sehingga tetap keluar rumah dgn dalih berolah raga bersepeda keliling kota. Padahal virus yg bersifat abstrak dapat dengan mudah beterbangan di udara yg jika ditambahkan dorongan udara dari kecepatan sepeda maka virus tersebut akan lebih mudah menyebar dan menempel pada sesuatu yg jaraknya cukup jauh dari awal virus itu bertempat. 
(3) Kecerobohan atau kurangnua orang yg memberikan peringatan kepada anak-anaknya yg relatif dibawah 17 tahun agar tidak bermain diluar rumah, sehingga dapat kita lihat masih banyak anak-anak yg bermain-main keluar rumah, bahkan tak memakai masker atau pelindung apapun.


Kurangnya Membaca, Kontemplasi dan Meditasi.
Hal2 diatas itu kurang lebihnya disebabkan oleh kurangnya menggali pengetahuan, kurangnya berkontemplasi, kurangnya bermeditasi. Sehingga, mereka tidak tau informasi yg akurat, tidak tau logika yg logis untuk menalar sesuatu yg bersifat abstrak, dan tidak mampu menahan hawa nafsu yg muncul dari ketidak tahanan psikis yg berhasrat untuk keluar rumah atau mencari suatu hiburan.


Antara Isu Konspirasi, Riset Medis, Keimanan dan Skeptisisme.
Di bab yg tertera diatas, saya memaparkan kontradiksi antara tindakan masyarakat dengan himbauan medis, sehingga saya terlihat seperti mendukung atau percaya dengan para medis. Tapi faktanya saya masih tidak sepenuhnya memegang kepercayaan pada para medis, melainkan memegang kepercayaan kepada seperangkat nalar silogisme, empirisme, dan wawasan yg saya punya untuk membantu saya mengolah tanda-tanda atau fenomena sekaligus dalam mengambil tindakan ataupun mengantisipasi sesuatu yg tidak diinginkan ditengah situasi pandemi. Jika seandainya saya dihadapkan dengan pilihan antara mempercayai isu konspirasi, riset medis, keimanan, dan skeptisisme, maka saya lebih memilih skeptisisme, sebab saya menganggap apapun yg ada didunia ini belum menjadi sebuah fakta sebelum saya melihat atau meriset sendiri adanya entitas secara empiris. Dan sekiranya begotu pula dengan semua manusia, bahwa satu-satunya yg dimiliki manusia untuk mengambil tindakan dan memperoleh kebenaran ialah nalar silogisme sebagai alat untuk bertahan hidup sekaligus menciptakan kehidupan jagad raya yg tentram dan harmonis.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Psikosomatik dan Dua Pertentangan Narasi di Tengah Pandemi